bendera kusam di tiang-tiang berkarat
bendera lebam dipatuk musim-musim kesumat
bendera karam dalam jati diri penuh khianat
bendera geram pada teduh yang mengerat
bendera itu adalah darah tulangku
bendera itu adalah nnusantaraku
kini tak lagi ada merah yang berani
bukan pula putih yang jadi suci
lemah daya berkibar di tengah kepak janji
rapuh tenaga menaungi bermacam huru-hara
rupa-rupa musim menghantamnya lembut mematikan
tapi tak satu pun lantang bernyanyi:
"siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela ..."
semua malah sibuk menyusun sajak-sajak kehidupannya sendiri
semua justru menabung harta di brankas perutnya masing-masing
hey ... di sana ibuku menangis kehilangan buah hati
di sini kawanku berpasrah menonton opera sumpah serapah
di mana saudara perempuanku?
merintihkah ia menahan sakit direnggut keperawanannya?
bhineka tunggal ika, konon
kusebut kini beraneka tanggul luka
bijaksana, katamu
kukatakan sekarang bijak sini
lihatlah benderaku ...
berdiam diri dikangkangi spanduk-spanduk berjuta produk
tengoklah kibarannya ...
tak segagah panji-panji beribu janji
kemanakah pergi nurani hati yang menjelata?
kemanakah lari amanah derita kaum tepian?
benderaku membeku seribu bahasa
namun kusamnya warna sudah cukup menceritakan segala
benderaku melemah terbujur kaku di puncak mega
namun lamban kibarnya menggores purba kisah sang saka
dari kejauhan kudengar ratapannya
menjelajah masuk telinga menusuk raga
bukan keajaiban tangan dan cemerlangnya fikir manusia
berikan aku tropis
bukan dari ganasnya panas eksperimen makhluk global
berikan aku air,
bukan hujan buatan dari awan-awan percobaan modern!
8/18/2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

4 komentar:
test ...
ini monolog pertamaku :D
sudah pernah dipentaskan mas?
@4128014217655929232.0
sempat mau dipentaskan, tetapi karena ada suatu kendala hati, aku urungkan, bang ... hehehe, biasalah ...
salam,
Dashyat!!!
Posting Komentar