
Kutuk di Ambang Batas
--- sepenggal cerita bagi mimpi gaza
ada suara tangis pecah di negeri terjajah;
kubayangkan aku turut di dalamnya
maka, berlarilah!
temukan perlindungan,
agar aman meski ketakutan
dan bersama kami menggigil,
dalam kotak persembunyian
matahari seakan berdiam diri
meratapi malam yang tiada berganti
meski terangnya menuntun jalan melewati batas
namun, asap dentuman meriam membungkus perbatasan
kami tak paham melangkah
berlari atau berpasrah diri?
bahkan tiada lagi berpijak tanah
: tenggelam dalam lautan darah
teriak kami menggelegar,
seolah menjadi birahi pelurupeluru yang sursar
kami terkurung dalam lingkaran!
monstermonster lapis baja di tanah kelahiran
dan lihatlah,
seorang perempuan tergeletak beralas darah
nafasnya lemah,
tangisnya tumpah,
berusaha menangkap tangan kanannya yang terpisah
ditempelkannya kembali pada daging yang layu
karena indah baginya terlihat menyatu
agar lebih mudah memberi restu
kepada anaknya yang mati diterjang peluru;
perlahan, wajahnya membiru
sesaat setelah kidungnya merindu
: tuhan, jangan ciptakan perempuanperempuan baru,
agar tak ada lagi bangsa yang membunuh banyak ibu!
Tangerang, Januari 2009


